Anneke

Admin | Sabtu, April 30, 2011 |

Sesuai dengan perkiraanku, suatu hari, pukul 6.30 pagi, di minggu terakhir bulan Mei, kembali aku mendengar ketukan di pintu yang disusul suara salam yang lembut. Aku yakin itu suar Anneke, si kembang dari Madiun yang selama hampir 3 minggu terakhir membuat hatiku demikian menderita, limbung dan sangat merindukannya. Aku yang saat itu sedang membuat minuman untuk sarapan Mas Adit, bergegas ke depan membuka pintu. Dan Anneke langsung menghambur dan memelukku dengan sangat eratnya.
"Mbak Marini, aku kangen banget", diciumnya pipi dan ujung bibirku dengan penuh kegemasan.
Dia juga peluk Mas Adit yang kakak sepupunya. Kami langsung ajak Anneke untuk makan pagi bersama.

Anneke membawa kembali pula keindahan, kecantikkan dan sensualnya. Rasanya rumahku langsung menjadi cerah. Matahari pagi menerpa bunga-bunga di tamanku. Kupu-kupu dan kumbang beterbangan riang mengawinkan kepala putik dengan bunga sarinya untuk mengambil madunya. Sayap-sayap lembutnya kesana-kemari memotong-motong berkas cahaya matahari yang jatuh ke rerumputan basah embun pagi. Nampak setangkai kecil bunga rerumputan liar terjaga memercikkan tetes bening embun paginya. Anneke langsung menyejukkan hatiku yang duka lara. Kami ngobrol dan bercanda hingga Mas Adit siap untuk berangkat ke kantornya.

Saat aku di kamar untuk sesuatu hal Anneke masuk dan memberikan sebuah bungkusan indah.
"Oleh-oleh khusus buat Mbak".
Tanpa menunggu ucapan terima kasihku, dia langsung berkelebat meninggalkan kamar untuk menemani Mas Adit yang sedang membaca koran pagi di ruang depan. Aku penasaran, kubuka oleh-oleh Anneke itu. Kurang ajar si Anneke ini. Kutemui dalam bungkusan indah itu celana dalam dan BH kumal dengan bau kecut dan pesing yang menyengat dengan secarik kertas bertulisan.
"Mbak Marini yang jelita, Ini celana dalam dan BH baru, lho. Aku telah memakainya selama 1 minggu tanpa pernah aku lepas hingga pagi tadi sesaat aku turun dari KA dan langsung ke toilet di Stasiun Gambir. Menurut mbah dukun, ini sangat manjur untuk mengobati tangan Mbak yang sakit karena cubitanku tempo hari. Semoga bisa menyembuhkan secara kilat. Anneke, yang terus menerus merana dalam kerinduan pada Mbak Marini", Wow..
Cepat kudekapkan gombal-gombal itu ke dadaku, kutengok ke pintu nggak ada orang, kemudian kubekapkan celana dalam pesing dan BH kecut itu ke hidungku dan kuhirup dalam-dalam baunya. Oohh, Anneke-ku.

Tepat padap pukul 7.30 Mas Adit meninggalkan rumah menuju kantornya. Sesudah mobilnya menghilang di belokan gang, Anneke menarik tanganku untuk segera masuk rumah. Begitu menutup pintu depan kami langsung berpagutan dalam gairah birahi dan kerinduan yang menyala-nyala.

Anneke mendorong aku hingga sama-sama rebah ke sofa ruang tamu. Tangan-tangan kami langsung menggerilya bagian-bagian sensual tubuh kami. Kerinduan selama 3 minggu ingin kami tebus dan tumpahkan saat itu pula. Tetapi aku ingat Anneke pasti lelah sesudah perjalanan semalaman. Aku ajak dia untuk menyimpan sebagian besar kerinduan ini untuk kita tumpahkan nanti sesudah bugar kembali. Kuraih tangannya menuju ke dapur. Banyak yang menyenangkan di sana untuk kita kerjakan berdua.

Di dapur Anneke bertanya, apakah sakit akibat cubitan di tanganku sudah sembuh.
"Aku langsung buka hadiah cintamu, aku tengok kanan-kiri nggak ada orang, aku bekapkan ke hidungku dan kuhirup dalam-dalam aroma parfum Madiunmu, uh, seketika lenyap seluruh penyakitku".
Anneke tertawa tergelak-gelak. Sampai saatnya makan siang kami di dapur dan membenahi rumah sambil terus melempar bermacam humor dan tawa. Sesekali bibirnya mendarat di bibirku dan bibirku mendarat di bibirnya. Sambil membersihkan isi lemari esku Anneke membanggakan masakan Koreanya, sisa daging has-ku dia buat "bulgogi", fillet kakapku dirubah jadi "modum unthang" atau sayur kakap merah untuk penyegarnya dia buat "kimchee", acar sawi putih. Dia memang senang masak. Siang itu kami kembali pesta kecil. Kuhabiskan berbagai juice buah yang tersisa. Anneke segar kembali, tak nampak sisa-sisa perjalanannya.

Usai makan siang sambil memberikan kesempatan makanan turun ke lambung kami ngobrol di ruang keluarga. Kami duduk berhimpit saling merangkul pinggul. Kuamati wajah manis Anneke, aku mempertanyakan kenapa sih, wajah manisnya selalu saja membayang di mataku. Kuraba tulang pipinya yang meninggi kemudian lekuk pertemuan antara hidung dengan bibirnya yang sangat sensual, kemudian pinggiran bibirnya yang mencuat seksi banget. Saat ujung jariku sampai di tepian bibirnya itu tiba-tiba mulutnya cepat mencaplok jariku dan menggigitnya, aku berteriak kesakitan sambil mencubit geregetan pada paha Anneke. Ganti dia yang berteriak kesakitan dan lari menghindar. Aku bangkit menyusulnya. Anneke lari menuju kamarnya dan merebahkan tubuhnya ke ranjang. Aku menyusulnya dengan menindihnya serta langsung memagut lehernya. Dia mendongak kegelian. Tangannya menahan tubuhku tetapi kemudian berlanjut untuk memelukku. Kami bergumul. Pagutan di lehernya tak kulepaskan hingga dia mendesah dan merintih penuh kenikmatan birahi.

"Mbak Marini ngangenin banget, sih".
Sambil mengangkat sedikit tubuhku untuk menggeser lumatan bibirku dari lehernya ke bibirnya. Dan arus birahi kami mulai saling mengalir. Kami mulai melumat bibir-bibir kami. Kami saling bertukar lidah dan ludah. Erangan dan desahan menggiring nafsu birahi kami mengalir lembut seirama kecupan-kecupan antar mulut kami. Dan aku merasakan kini saatnya untuk melepas semua dendam dan luka rindu yang telah menumpuk sepanjang 3 minggu sejak kepulangannya ke Madiun. Kulepasi kancing-kancing dan kulucuti blus dan BH-nya, kulepasi kancing dan resluiting jeans-nya kemudian kuperosotkan sekaligus berikut celana dalamnya dan kutarik lepas dari tungkai kakinya. Dia juga melucuti pakaianku hingga kami sama telanjang bulat.

Walaupun aku sudah sering mengamatinya saat mengintip di pintu kamar mandinya tetapi kini saat aku langsung bisa menyentuhnya aku amat terpesona dengan pahanya yang sangat sensual. Guratan besar yang seakan muncul hanya dengan sekali tarik dari kuas pelukis membentuk kontras kontur paha Anneke diatas lembaran sprei ranjangnya yang ungu tua yang kupasang sebelumnya. Keindahannya melaju tanpa putus hingga ke lututnya dan terus melaju ke betisnya. Aku sebut saja pesona tungkai perawan Anneke.

Kemudian aku kembali melumat lehernya dengan sedikt kudorong agar memiringkan tubuhnya. Aku menciumi kuduknya kemudian menggeser ke belakang telinganya.
Aku membisikkan kerinduanku, "Anneke, ijinkan aku melumati setiap pori tubuhmu.., aku sangat merindukan kamu..".
Dia tahu aku demikian menderita merindukan dia. Dan dia tahu saat ini aku ingin bertindak dominan atas dia. Dia hanya mengangguk. Dia menyimpan suaranya untuk lebih memusatkan rasa nikmat jilatan dan kecupan bibirku pada belakang telinganya yang kemudian menyisir kembali ke kuduknya.

Kecupan dan jilatanku turun ke bawah hingga punggungnya dan belikatnya. Aku rasakan gelinjang Anneke yang meggeliat menahan kegelian yang menderanya. Aku ingin benar-benar melumat setiap pori di tubuhnya tanpa ada yang kelewatan. Untuk sementara aku hentikan eksplorasi bagian atas tubuhnya. Aku melata turun dari ranjangnya. Aku merosot ke lantai sambil meraih sebelah tungkai kakinya yang jangkung panjang itu. Aku ingin memberikan kenikmatan tertinggi untuk Anneke..

Bibirku melahap jari-jari kakinya yang sangat lembut itu. Kulumati satu-satu, lidahku menari-nari di celah-celahnya. Anneke langsung menjerit tertahan sambil menarik kuat-kuat kakinya. Namun segala upaya menyingkirkan lumatan bibirku pada jari-jari kakinya takkan kupenuhi. Dekapan kuat tanganku pada tungkainya membuat Anneke harus menyerah walaupun gelinjangnya terus menerus memberontak untuk melepas kegelian yang melanda kakinya itu. Apalagi saat lidah dan bibirku menyisir tumitnya, pinggiran dan permukaan telapak kakinya, tendangan kaki mayoret dan anggota Paskibraka ini nyaris membuatku terpental ke lantai. Dia menggelinjang hebat. Dengan nafasnya yang memburu dia juga bangkit dari tidurnya untuk membebaskan kakinya dari pagutanku. Kepalaku diraihnya untuk dilepaskan dari kakinya tetapi tidak berhasil. Rintihan yang menyayat minta ampun atas nikmat birahi yang melandanya membuat aku sendiri terbawa arus dan tenggelam hanyut oleh gelombang nafsu seksualku.

Kini aku merambat ke betisnya yang sangat aku kagumi indah dan sensualnya. Aku perlakukan betis Anneke bak porselin China. Aku menyentuhkan bibirku dengan lembut kepermukaannya. Saat aku mulai mengecupnya aku perlakukan bak anggur tua dari Chevilla. Saat aku sedikit menggigitnya aku perlakukan bak kulit telor chenderawasih burung dari surga itu. Saat lidahku mulai menjilatinya kuperlakukan bak salju yang turun ke pucuk-pucuk cemara di pegunungan Austria. Pokoknya aku serasa keliling dunia dengan betis Anneke ini. Jangan tanya lagi tentang tingkah dan perlawanan Anneke. Dia benar-benar dihantam badai dahsyat dengan gelombang nikmat birahinya yang tak bertara. Kembali dia bangkit dan merangsek dengan tenaga besarnya untuk menjambak keras-keras rambutku agar kepalaku copot dari pagutan di betisnya ini. Aku tidak menyerah. Rasa sakit dan pedih pada kulit kepalaku tidak mempengaruhi belitan tanganku pada tungkainya. Akan benar-benar kupertahankan dominasiku atasnya agar tak lepas sedikitpun. Aku tahu dia akan menggoreskan torehan luka indah pada kenangan birahinya. Aku tahu kenikmatan yang melanda dia sekarang ini tak pernah dia raih sebelumnya.

Pada gilirannya gigitan, kecupan dan jilatan lidahku merambah ke lututnya. Di sini pori dan kulitnya yang bertumpu pada tulang lutut penuh dengan saraf-saraf peka yang tak boleh begitu saja disentuh sapuan lidah. Dan saat lidahku tak mau tahu, Anneke berguling memutar tubuhnya tanpa mau kompromi lagi. Aku ikut terguling. Kali ini kaki sebelah lainnya benar-benar menendang dan menekan kepalaku. Untung aku bisa mengelak. Dengan sigap kutangkap kaki-kaki mayoret ini. Tubuhku mulai kugunakan untuk menindihnya dan jilatan lidahku kunaikkan ke ujung pahanya. Aku sedikit tambahkan tenaga pada kecupan dan gigitan di ujung pahanya. Aku mau tinggalkan cupang-cupang yang menandai kehadiranku di sana. Dan kali ini Anneke yang sudah putus asa melawanku, tingkahnya melemah.

Ah, Anneke. Kini dia menangis minta agar aku menghentikan perlakuanku padanya. Dia mohon aku sudi melepaskan pagutan-pagutanku. Dia minta agar aku menjauh darinya. Tapi dari tingkah tangannya yang tengah menjambaki dengan penuh gemas rambutku aku pastikan dia sedang memasuki keadaan trans, semacam keadaan setengah sadar yang disebabkan telah hanyut tenggelam jauh dalam ke lubuk nikmat yang paling dalam. Dia bukan ingin aku melepaskan semuanya, tetapi ingin agar aku lebih lebih mengketatkan jeratan dan pagutan-pagutanku. Dia terus menangis dengan tangannya yang terus meremasi dengan gemas rambutku. Situasiku kini lebih tenang.

Aku meluncur terus dengan meninggalkan cupang-cupang di sekujur pahanya. Dan dari sini aku sempat melihat nonok Anneke yang mengkilat oleh basahnya cairan birahinya yang muncrat terserak di permukaannya dan jembut-jembut halusnya. Bukan tidak mungkin bila dia telah meraih orgasmenya. Kemudian dengan jalan yang sama aku perlakukan tungkai kaki sebelahnya. Anneke nampaknya benar-benar sudah larut dan lebih tenang. Yang terdengar kini adalah sisa isak tangisnya dan jambakan tangan pada rambutku yang tak dilepaskannya. Aku sendiri ingin menuntaskan janjiku untuk melumat setiap mili pori-pori di tubuhnya.

Saat aku kembali ke pangkal paha di tungkai kaki sebelahnya aku menyaksikan kemaluan Anneke yang semakin membasah. Cairan birahinya nampak meleleh keluar. Aku menahan diri untuk belum mendekatinya sekarang.

Aku bergerak kembali ke bagian atas. Kusaksikan betapa keringat Anneke sudah demikian kuyup membasahi rambut, wajah dan lehernya. Kukecup bibirnya dan kurasakan asin keringatnya yang menetes di ujung bibirnya. Aku melumat ujung bibir itu. Dia pasrah lelah. Yang kudengar hanyalah erangan kecil dalam matanya yang tertutup untuk merasakan secara intens semua birahi yang kutumpahkan kepadanya.

Sesaat kemudian kembali kupagut lehernya untuk mengawali bibir dan lidahku menyisir turun ke dadanya. Kini aku menemukan impian-impianku yang selama hampir 3 minggu telah menggoda malam-malam hariku. Kini aku menemukan contoh asli kristal buatan Rossental yang bahan bakunya digali dari bebatuan Afrika dan pengolahannya dilakukan oleh para disainer top dunia. Dan keindahan itu kini dalam kuluman bibirku. Susu dan pentil Anneke merupakan kesatuan nilai yang tak terpisahkan. Bibirku merasakan api panas dari gundukkan kencang dan getas susu dan pentil Anneke. Kuakui belum pernah aku menemui jenis keindahan dan nikmat macam ini. Rasanya aku juga mulai trans, tersungkur dan terjebak dalam lautan nikmat dengan mataku yang membeliak tinggal putihnya. Aku tak ingat lagi di mana aku berada kecuali hanya nikmat yang menenggelamkan aku. Hal itu berlangsung ber-menit-menit hingga kudengar jerit dan desah Anneke yang tak tertahankan sambil tangannya meremas rambutku lebih keras menahan nikmat yang terus mengalir.

Aku buru-buru meninggalkan buah dada ranumnya sebelum aku kembali tenggelam dan tersungkur dalam lupa diri. Kini kutarik lepaskan tangan Anneke dari remasan dirambutku, kutaruh ke atas kepalanya dekat dengan kisi-kisi ranjangnya. Kemudian aku merangsek ketiaknya yang setiap detik aku dambakan selama 3 minggu terakhir ini. Aku melumati lembah ketiak kanan maupun kirinya. Hidungku menangkap aroma hutan jati Madiun, aroma alami Anneke asli tanpa terkontaminasi oleh macam-macam aroma artifisial buatan pabrik-pabrik parfum Perancis maupun Swedia. Aroma yang langsung di-adon dari kembang hutan jati khusus oleh para malaikat untuk Anneke. Dan dari Anneke untuk hidungku ini. Ah, aku sungguh beruntung bisa tenggelam ke ketiaknya kini.

Kulihat tangan Anneke kini berpegang erat pada kisi-kisi untuk menahan derita nikmatnya. Aku merasa kini saatnya untuk menapaki ke jenjang puncak nikmat. Aku bergerak keperut mayoretku. Lubang pusernya sangat menggodaku saat aku ngintip mandinya. Kini lidahku meraihnya dan bibirku melumati hingga kuyup oleh ludahku. Kulakukan itu keseluruh pori lembut perut Anneke sebelum aku minta agar dia tengkurap.

Kini aku menyisir pinggulnya sesaat untuk menuju wilayah belakang pinggangnya. Tak semilipun yang kulewatkan. Seluruh pinggul dan pinggang Anneke telah basah oleh ludahku. Anneke tetap memegang erat kisi-kisi ranjang untuk menahan nikmat kecupan bibir jilatan lidahku. Rintihan dan desahannya sudah menjadi konser yang mengiringi setiap jilatan, gigitan dan kecupanku padanya. Dan saat aku mulai mendaki bukit bokongnya aku jadi ingat sebuah bukit di tengah kota Magelang, Jawa Tengah. Aku pernah berkesempatan mendaki bukit itu. Dari puncak bokong Anneke ini aku bisa melihat seluruh persada keindahan panorama tubuh mayoret dan Paskibraka-ku ini. Adakah ini sebuah kenyataan? Adakah ini bukan alam mimpi? Aku coba menutup mataku dan membukanya kembali. Kutemui keindahan yang sama. Kalau ini benar aku memang dimanjakan oleh para malaikat. Keindahan bukit ini antara lain karena dari sini aku bisa menyaksikan keindahan bukit dan lembah tubuh Anneke. Kusaksikan bayangan pada belikat Anneke yang simetris seakan sepasang sayap bidadari yang akan mengajakku terbang tinggi.

Kusaksikan bayangan pada alur tulang pinggangnya yang membelah tubuhnya menjadi dua bagian terpadu, meliuk turun saat ketengah dan menanjak menuju bukit Cordoba, seakan Laut Merah yang terbelah untuk menenggelamkan Firaun yang kejam itu. Ah, Anneke-ku.
Kini aku berada tepat dia atas bokongnya dimana tatto pesawat ulang-alik Challenger nangkring di sana. Kukecup, kugigit dan kujilat tatto Anneke itu. Reaksi Anneke seketika mengangkat kepalanya sambil berteriak tertahan.
"Jangan, Mbak Mar.. jangann..".
Semula aku tidak tahu maksudnya, tetapi saat tangannya menggapai dan menangkap acakan rambutku kemudian lebih menekan kepalaku, aku tahu bahwa itu adalah bahasa nafsu birahinya. Anneke mau agar aku lebih dalam mengecupinya, lebih keras menggigitnya dan lebih cepat menjilatinya. Jangan cemas, Anneke, aku akan penuhi harapanmu. Dan aku tidak ingin dia menunggu. Aku langsung tumpahkan segala yang aku bisa tumpahkan.

Dan bukan hanya itu, kini lidahku mulai mencoba membelah lereng di pantatnya. Lereng itu terjal dan licin yang terbentuk antara dua bukit indah, dengan akhiran yang semakin menyempit dan akhirnya berhimpit rapat. Kerapatannya menyimpan misteri sejuta nikmat yang tak mungkin cukup diutarakan dalam kata. Serasa tak sabar aku merangsek kedalamnya. Ku-usel-usel-kan mukaku kecelah itu. Kucoba dengan lidahku menguak misterinya. Ku-uselkan hidungku hingga kurasakan ada semburat aroma yang menerpa. Dan ternyata Anneke tahu akan kehausanku, akan problema hidung dan lidahku. Dia menggerakkan tubuhnya dan menaikkan pantatnya. Dengan kepalanya yang bertumpu pada bantal, Anneke nungging tinggi-tinggi melepas cadar misteri belahan pantatnya. Dan kini yang aku hadapi adalah sebuah pesona paduan dari garis-garis lembut yang menuju sebuah titik pusat dan apabila lebih turun ke bawah lagi akan nampak pesona kerang mutiara yang saat diangkat ke permukaan sepasang kulit lokannya terkejut dan dengan cepat menutup tetapi membiarkan sepotong bagiannya tertinggal di luar. Itulah lubang anus dan nonok Anneke yang memamerkan bibir vagina dan kelentitnya.

Ah, Anneke-ku. Bagaimana aku mampu menahan prahara birahiku ini. Bukan salahku saat dengan serta merta aku menyergap untuk menciumi dan mejilati lubang pantatnya. Dan aku melumatinya habis-habisan. Aku merasa pesona misteri Anneke harus kulumat dan kulahap tanpa sisa. Dan disinilah terjadinya ledakkan nafsu seksual Anneke.

Akibat sergapanku yang tak tertahan yang menjilati dan mencium anusnya, Anneke menjadi liar. Kini dia benar-benar mengeluarkan jurus mayoret dan Paskibraka-nya. Dia ganti meringkusku yang langsung gelagapan karena tidak menduga sebelumnya. Dia seret aku telentang ke tengah ranjangnya. Dia merangkaki tubuhku untuk kemudian menduduki dadaku atau lebih tepat menduduki wajahku dengan dengan nonoknya yang sudah basah kuyup oleh cairan birahinya yang dia jejalkan ke mulutku. Kemudian dia menggerakkan maju mundur pantatnya dengan sekaligus menggaruk-garukkan nonoknya ke bibirku. Cairan itu meraupi mukaku, beleberan hingga ke leherku dan membasahi kasur. Dia ingin aku melumatinya. Dia dalam keadaan liar tanpa memperhitungkan lagi dengan siapa dia melakukan ini semua. Dia tidak lagi menampilkan kesantunannya. Dia sudah kerasukan nafsunya untuk selekasnya meraih puncak birahinya. Aku benar-benar gelagapan dibuatnya.

Cairan birahi Anneke membuatku hampir tersedak. Dia bisa membunuhku karena aku kehabisan nafas. Dengan sekuat tenaga kutahan berat dan tekanan tubuhnya dengan tanganku. Dan agar aku tidak lagi tersedak kuminum langsung cairan yang membanjir ke mulutku. Aku melumat nonoknya sebagaimana aku melumat mulutnya. Bibir vaginanya adalah bibir mulutnya, kelentitnya vaginanya adalah lidah di mulutnya, cairan birahinya adalah ludah yang terus mengalir dari kelenjar ludah di mulutnya. Anneke semakin cepat menggosok-gosokkan kemaluannya ke bibirku. Semakin cepat lagi. Semakin cepat lagi. Cepat, cepat, cepat.

Nafasku ngos-ngosan dibuatnya. Hingga cairan panasnya tumpah ruah meraupi seluruh wajahku. Anneke mendapatkan orgasmenya. Dia masih terus menggosok-gosokkan nonoknya ke mulutku. Dan aku menjadi sangat sibuk untuk menjilati dan menyedoti nonoknya serta meminum semprotan cairan birahinya. Saat akhirnya reda, Anneke rubuh ke kasur. Pasti sangat kelelahan dan lunglai. Kudengar nafas-nafas panjangnya. Aku sendiri masih dengan sepenuh birahi menggerakkan tanganku untuk meraup cairan yang menumpuk dimukaku, meratakan ke mukaku, keleherku dan sebagian lain ke dadaku. Aku yakin ini menjadi semacam lulur kecantikkan yang akan meningkatkan penampilanku. Aku ikut rebah dan lunglai. Kali ini aku tidak dikejar untuk meraih orgasme. Aku sudah sangat puas melihat Anneke meraih kepuasannya. Aku merasa dapat memberikan sesuatu yang terbaik baginya. Aku benar-benar sangat puas. Kami tertidur sesaat. Saat aku terbangun aku melihat Anneke masih pulas. Mungkin di kereta tadi malam kurang bisa tidur. Dengan sedikit tertatih aku bangun. Kuambil pakaianku dan kukenakan. Aku langsung pergi mandi. Kali ini tidak ada lagi acara intip-mengintip.

Usai mandi aku lihat Anneke masih nyenyak. Aku membuat minuman hangat untuk mengembalikan tenagaku. Hampir 1 jam aku menggeluti Anneke, sekarang baru terasa tulang-tulangku seperti lolos dari tempatnya.

Kembali aku masuk kamarnya. Kini aku leluasi memandangi tubuh indah yang tergolek telanjang di kamarnya itu. Aku kagum dengan dadanya yang bidang. Buah dada dan pentilnya yang begitu ranum dan selalu menantang bibirku. Pinggang dan pinggulnya yang sangat mempesona. Tungkai kedua kakinya yang kubayangkan alangkah gagahnya saat memakai pants sebagai mayoret, atau saat memakai rok midi saat menjadi Paskibraka. Jari-jari kakinya yang walaupun hitam manis tetap saja mengingatkan aku akan patung dewi Aphrodite dari Yunani itu. Dan kini kembali aku merasakan bagaimana Anneke dengan liar menduduki wajahku, menjejalkan nonoknya ke mulutku dan menumpahkan seluruh cairan birahinya ke mulutku. Anneke sungguh-sungguh bunga liar dari Madiun.

Kegiatanku bersama Anneke sebelum dia mulai bekerja adalah seks, seks, seks dan seks. Kami benar-benar memuas-muaskan diri tanpa jeda, kecuali menyiapkan makan pagi bersama Mas Adit, nyiram pohon dan bunga di pagi hari, masak untuk makan hari itu. Anneke sendiri melakukan kontak telpon kesana-sini dalam kaitan persiapan masuk kantornya.

Untuk mengisi waktu sementara menunggu masuk kantor barunya Anneke minta aku menemani ke beberapa tempat rekreasi yang sangat dikenal oleh masyarakat di kotanya. Sesudah ke Taman Mini, Dufan dan Sea World di Ancol, dia pengin mengunjungi Pulau Bidadari di Kepulauan Seribu. Dengan se-ijin Mas Adit, pada pagi-pagi hari jam 6.30, kami telah siap di dermaga Marina Ancol untuk diantar speedboat menuju ke pulau Bidadari. Karena hari itu adalah hari kerja tidak banyak tamu yang menuju Pulau Bidadari. Saat naik ke speedboat baru ketahuan hanya ada 2 rombongan, pertama kami ber 2 orang dan yang lain adalah seorang ibu muda dengan 2 putra dan putrinya yang masih remaja. Selama di speedboat kami tidak bisa banyak bicara. Suara mesin dan gelombang yang pecah oleh speedboat kami lebih keras dari omongan kami.

Ternyata perjalanan lautnya sangat pendek. Sekitar 10 menit dari dermaga Marina Ancol kami sudah merapat di dermaga Pulau Bidadari. Dengan gaya pakaian kahs Hawai yang telah kami sandang sejak dari Marina Ancol tadi, kami turun dengan tas cangkingan berisi pakaian cadangan mengikuti petugas yang menjemput kami untuk masuk ke cottage sesuai dengan pilihan kami, sebuah bangunan beratap jerami, berdinding gedek bambu dengan beranda yang santai menghadap ke laut. Nun jauh disana nampak pulau Edam dengan mercu suarnya yang gagah menjulang.

Dengan hanya memakai BH dan lilitan kain berkembang-kembang, kami duduk diberanda bak orang-orang kaya yang sudah memiliki segalanya. Beberapa saat kemudian kami dengar suara kentongan tanda makan pagi telah siap dihidangkan. Ini merupakan paket tour lengkap meliputi sarana transportasi, akomodasi termasuk makan minum 3 kali sehari. Dan nampaknya karena hanya ada 2 rombongan kecil, mereka menyambut kami dengan sedikit lebih dari hari-hari saat banyak tamu memenuhi pulau ini. Hal itu nampak atensi mereka pada setiap tamunya. Saat seperti ini mereka berkesempatan untuk menunjukkan keramahan pelayanannya secara maksimal.

Di ruang makan yang terbuka untuk menikmati panorama dan angin laut kami jumpa lagi teman kami rombongan yang lain, si ibu muda, yang selanjutnya kami memanggil dia dengan Mbak Ambar, dengan putra-putri remajanya tadi. Dan karena memang tidak ada tamu lain, kami langsung saling akrab. Mbak Ambar, yang usianya kuperkirakan sekitar 32 tahunan, nama lengkapnya adalah Ambarwati adalah campuran China Pontianak dan ibunya orang Jawa. Saat ini sedang dia bersama anaknya datang ke Jakarta untuk menghadiri acara hajatan keluarga besarnya. Seperti halnya Anneke selama seminggu di Jakarta mereka mengisi waktu, dengan mengunjungi tempat-tempat rekreasi khususnya rekreasi kelautan yang memang merupakan kesenangan utama anak-anaknya.

Sang ibu menceritakan bahwa anak-anak remajanya itu sangat senang menaiki perahu selancar. Di Pontianak mereka telah berhasil mengumpulkan beberapa piala lomba selancar antar pelajar. Ketika mereka mendengar bahwa pulau Bidadari juga menyediakan pelayanan bagi para pecinta perahu selancar, anak-anaknya minta diajak berkunjung ke pulau ini. Dan kami memang telah melihat, petugas pulau sedang sibuk menyiapkan perahu selancar untuk anak-anak ini. Mereka akan berlatih dan bermain didampingi para pelatih yang disediakan oleh managemen pulau ini. Anak-anak itu nampak sudah tidak sabar untuk selekasnya terjun ke laut. Dan sang ibu nampak sangat bahagia melihat semangat anak-anaknya dan merasa aman karena pelayanan pulau Bidadari yang ramah, lengkap dan aman.

Aku dan Anneke sendiri lebih memperhatikan ibunya. Kami sepakat untuk berpendapat bahwa ibu muda yang saat ini memakai celana pendek dan blus katun casual yang putih bersih kecantikkannya cukup mempesona. Kulit Pontianak yang banyak dipengaruhi kulit China itu sangat nampak pada penampilan mereka. Sesudah selesai sarapan dan ngobrol sana-sini kami berpisah. Aku dan Anneke berniat mengelilingi pulau. Kami dapat petunjuk dari petugas untuk mengikuti jalan setapak kalau ingin mencapai beberapa obyek dan lokasi yang menarik di seputar pulau itu.

Sesudah agak menjauh kami saling memeluk pinggang kami dengan sesekali bibirku mendarat di bibirnya dan bibirnya mendarat di bibirku. Kami menganggap dan merasa perjalanan ini akan menjadi wisata seks dan bulan madu kami. Jalan setapak ini menuntun kami menuju sebuah benteng kuno peninggalan VOC. Tampaknya sangat artistik sekali. Kami menaiki tangga batu bata kuno hingga tiba di sebuah ruangan bulat yang sudah hancur dan terbuka. Terasa sepi di sana. Angin laut menggoyang pepohonan di sekitarnya, dari tempat itu kami melihat jauh ke utara nampak pulau Seribu di kejauhan. Anneke memepetkan aku ketembok Kompeni itu dan melumat bibirku. Aku menyambutnya dengan penuh gairah. Kami saling melumat dan bertukar lidah dan ludah. Tangan-tangan kami saling meremas dan terkadang mencubit kecil atau mencakar bagian-bagian erotis kami. Kami termanjakan oleh suasana di sekeliling kami. Sungguh sangat romantis rasanya.

Kami sedang asyik berpagutan saat suara langkah kaki lembut terdengar, dan saat kami berpaling, ternyata Mbak Ambar, ibu dari 2 remaja itu telah berada di teras benteng tua ini.
"Ehh, maaf, saya mengganggu?", dia nampak kaget.
"Eeh.. nggak, silahkan Mbak", Anneke cepat menyahut.
Aku merasa tertangkap basah. Tetapi Anneke justru tidak, dia bertanya pada ibu cantik itu dengan santai.
"Mau joint?", gila Anneke ini.
Apakah dia sudah memikirkan apa yang dia ucapkan itu? Tetapi yang lebih mengagetkanku adalah jawaban yang disertai senyuman manisnya si ibu muda itu.
"OK, kenapa tidak. Anda berdua sangat cantik dan menarik hatiku. Sejak di speedboat tadi aku sudah berniat untuk mendekati dan bisa enjoy bersama anda", sambil dia mendekat hingga Anneke bisa meraih pinggulnya dan langsung mendaratkan bibirnya di bibir Mbak Ambar, si ibu 2 putri itu.

Aku sepenuhnya mengakui Mbak Ambar ini memang cantik dan memiliki sex appeal yang tinggi. Dan lebih dari itu dia nampak sangat berpengalaman dalam berhubungan seksual dengan sesama perempuan. Pagutan Anneke disambutnya dengan panas. Dia memutar-mutar kepalanya untuk mendapatkan lumatan yang lebih dalam. Dan Anneke mengejutkan aku dengan ke-liar-annya. Tangannya langsung merogoh buah dada ibu itu dan meremasinya. Aku mulai mendengar lenguh dan desahan ibu cantik ini, yang tangannya juga menggapai pantat Anneke dan meremasinya. Aku jadi ikut terhanyut. Tetapi aku mencoba menahan diri untuk tidak melakukan intervensi.

Ketika nampak makin memanas Anneke menghentikan lumatannya dan melepas remasan di buah dadanya. Dia dorong ibu itu untuk ganti memeluk aku. Dan tak urung, aku langsung terlibat dalam nafsu birahi cinta segi 3 bersama mereka. Tangan Mbak Ambar yang langsung merogohi BH-ku dan meremasi buah dadaku membuat aku menggelinjang dalam nikmatnya birahi cinta segi 3 ini. Terus terang bermain cinta ber-3 macam ini bukan hal yang pertama kali buat aku, tetapi melakukan di alam terbuka dan disebuah pulau macam ini merupakan sensasi sendiri yang baru kali ini aku mengalami. Sangat eksaiting.

Anneke tak mampu menahan dirinya. Dilepasinya celana pendek Mbak Ambar dan diperosotkannya hingga ke ujung betisnya hingga tinggal celana dalamnya yang juga putih bersih membungkus bokong sensualnya Mbak Ambar. Anneke langsung menciumi bokong seksi itu. Hidungnya didesak-desakkannya ketepian celana dalam seakan ingin meraup seluruh aroma bokong Mbak Ambar. Mulut Mbak Ambar yang sangat wangi mendesis dan memagut bibirku dengan sangat binalnya. Dia melampiaskan kenikmatan ciuman Anneke di bokongnya dengan cara melumat dalam-dalam mulutku. Dia peluk pundak kemudian punggungku. Dan aku menerima kenikmatan itu dengan langsung mengembalikan kenikmatan pula kepada Mbak Ambar. Tanganku kiriku meraih nonoknya yang kulihat begitu menggunung sementara tangan kananku masih terus meremasi buah dada dan pentilnya. Angin laut Pulau Bidadari menjadi saksi desahan dan rintihan nikmat kami ber-3. Dan di kejauhan sana di tengah laut nampak putra-putri Mbak Ambar sedang mengadu kecepatan perahu selancarnya didampingi pelatihnya.

Ketika akhirnya Anneke melepasi celana dalam Mbak Ambar juga dan menenggelamkan wajahnya ke celah bokongnya, Mbak Ambar tak tahan lagi untuk meraih kepala Anneke, menarik rambutnya dan mendesakkan celah pantatnya agar wajah Anneke lebih dalam tenggelam ke pantatnya. Bokong dan pinggul Mbak Ambar bergoyang maju mundur dan sedikit naik turun menahan kegekian nikmatnya merasakan jilatn dan kecupan Anneke di celah bokongnya itu.

Kami para perempuan kalau dilanda nikmat birahi mulutnya tak bisa diam dengan mengeluarkan suara yang nyaring bernada tinggi. Kini di tengah bangunan tua VOC dan hutan kecil di Pulau Bidadari ini 3 suara perempuan yang ditimpa nikmat birahi saling bersahutan bak burung-burung pipit mencari sarangnya. Dan aku menyusul dilanda ketidak sabaran pula. Merasakan remasan tanganku pada jembut Mbak Ambar yang demikian rimbun melebat menutupi nonoknya yang menggunung aku menjadi sangat tergoda. Aku bergerak jongkok untuk menciuminya.

Aku langsung membenamkan wajahku ke selangkangan Mbak Ambar dan bibirku menjemput nonoknya yang tersembunyi di balik jembutnya yang tebal ini. Seketika hidungku menyergap bau nonoknya yang sangat wangi itu. Lidahku berusaha mencari kelentitnya untuk aku isap dan jilati. Aku bisa membayangkan bagaimana derita nikmat yang harus di tanggung Mbak Ambar saat di pantat belakang wajah Anneke terbenam di sana dan di selangkangannya aku terbenam di situ. Tangan kanan meremasi rambut Anneke dan tangan kirinya meremasi rambutku. Dia mendesah dengan hebatnya sambil pinggul dan pantatnya terus menggelinjang-gelinjang menahan terpaan nikmat birahinya.

Aku sudah menangkap cairan birahinya yang asin mulai meleleh keluar dari lubang vaginanya. Tanganku kini mulai melakukan eksplorasi pada lubang kemaluannya dan aku rasa tangan Anneke pun sudah sibuk untuk berusaha menembusi lubang anal Mbak Ambar. Saat jari-jariku menusuk masuk ke vaginanya yang semakin membasah kudengar suara lenguhnya yang disertai jambakkan tangannya pada rambutku yang semakin menyakitkan kulit kepalaku. Aku sogok-sogokkan jari-jariku ke lubang itu sambil lidah dan bibirku terus mengulum, menciumi dan menyedoti bibir vagina dan kelentitnya. Sementara Anneke sudah demikian asyik menjilati dan mengecupi lubang anus Mbak Ambar yang terdengar dari suara-suara kecupannya.

"Sudah, sudah, sudah, aku nggak tahan lagi, sudah, sudah..", terdengar permohonan Mbak Ambar penuh harap.
Anneke menghentikan desakan lidah di lubang duburnya dan bangkit berdiri, demikian pula aku melepaskan tusukkan dan jilatan jari dan lidahku dari nonoknya. Tenyata keinginan kami sama, aku dan Anneke langsung berpagutan, aku menciumi aroma wajah dan bibirnya yang barusan tenggelam di belahan pantat Mbak Ambar, dan Anneke berusaha menyedoti bibir dan mulutku yang sebelumnya tenggelam dalam nonok Mbak Ambar.

Rasanya kami memerlukan tempat yang lebih mungkin untuk tingkat lanjutannya yang lebih jauh menuju menuju puncak-puncak nikmat birahi. Dan Mbak Ambar sendiri saat ini masih terpecah perhatiannya pada anak-anaknya yang nampaknya sedang bergerak menepi untuk naik ke dermaga.

Makan siang di Pulau Bidadari terasa sangat nikmat. Juru masak menyajikan ikan kerapu bakar dengan sambalnya yang sangat sedap, 2 buah lobster besar yang dikukus dan diberi saus tiram dengan tomat dan lada hitam, salad mangga campur udang kukus. Kulihat putra-putri Mbak Ambar sangat kelaparan sepulang berselancar tadi. Kami makan enak secukupnya. Aku sendiri tidak makan terlampau banyak, pikiranku ke sedapnya nonok Mbak Ambar tadi membuat makanku tidak begitu berselera. Sementara Anneke yang memang dasarnya gembul, senang aku makan sedikit, dia habiskan ikan bakar dan bersihkan kepala lobster yang masih sarat berdaging itu Saat dia menjilati tempurung lobster yang kemerahan oleh bumbu tomat itu aku bayangkan bagaimana sedapnya dia menjilati celah bokong Mbak Ambar tadi. Aku menelan ludahku.

Beberapa saat sesudah selesai makan aku lihat Mbak Ambar ngomong-omong dengan manager pulau dan anak buahnya. Mereka akan ke pulau Edam untuk mengambil bubu ikan yang secara rutin setiap minggu diambil hasil tangkapannya. Anak-anaknya kepingin ikut untuk snorkeling di sana. Mbak Ambar tidak kuatir dengan anak-anaknya yang sudah sangat paham tentang hal-hal yang berkaitan dengan laut. Mereka tahu apa yang boleh dan tidak boleh selama melakukan skin divingnya. Anak-anak yang juga akan didampingi kembali oleh petugas yang memang khusus melayani tamu-tamu pulau untuk snorkelling atau skin diving di sekitar Kepulauan Seribu ini. Tentu saja Mbak Ambar memerlukan kepastian menyangkut keselamatan dan keamanan anak-anaknya. Dan itu berarti dia bisa leluasa untuk bercumbu dengan aku dan Anneke tanpa harus khawatir tentang anak-anaknya.

Kini sambil menyaksikan persiapan dan menunggu keberangkatan mereka kami bertiga duduk di pasir putih di bawah pohon ketapang yang teduh. Kami benar-benar dirundung dendam birahi sejak percumbuan ber-tiga yang terhenti di benteng tua VOC tadi. Setiap kali mata-mata kami saling menatap penuh rindu dan khayal untuk selekasnya bisa saling menyentuh kembali. Kami telah memadu janji bahwa sepanjang waktu di Pulau Bidadari ini merupakan waktu-waktu cinta segi 3 kami yang tak akan terpisahkan.

Tiba-tiba kami tergiring untuk melakukan aktifitas seksual secara terbatas dalam bentuk saling berpandang mata, saling menyentuh dan saling membisikkan kata-kata cinta dalam bahasa erotis penuh nyala birahi. Orang-orang yang bercinta lewat phone sex atau chatting atau mailing, adalah orang-orang yang memiliki kreatifitas dan daya imaginasi tinggi untuk melakukan eksplorasi birahi hanya berdasarkan suara atau tulisan partnernya. Adapun yang kami lakukan kini memiliki kondisi dan sarana yang jauh lebih lengkap. Kami bisa saling memandang berdekatan, saling menyentuh halus dan saling menunjukkan ekspresi wajah dalam menyatakan ungkapan cinta kami tanpa mengundang kecurigaan orang-orang lain di sekitar kami. Dengan mengeksploitasi daya kreatifitas dan imajinasi seksual, kami langsung terhanyut dalam cinta pandangan mata, sentuhan dan ungkapan kata-kata penuh nafsu birahi. Tamparan-tamparan erotis langsung melanda perasaan kami. Derita dan siksa nikmat langsung merampas degup jantung dan nafas-nafas kami.

Begitulah yang terjadi saat Mbak Ambar menyibak rambut Anneke, meniup telinganya dan berbisik, maukah Anneke dengan tetap memakai celana dalamnya menduduki wajahnya? Kemudian bolehkah dia menghirupi aroma, mencium dan melumati celana dalmnya hingga kuyup oleh ludahnya? Anneke sesaat memandang Mbak Ambar kemudian menengok ke aku kemudian meremas tangan Mbak Ambar dan menjawab dalam bisikkan pula. Anneke akan memenuhi permintaan Mbak Ambar apabila aku bersedia melepasi celana dalamnya yang kuyup oleh ludah Mbak Ambar untuk kemudian mengisep-isep basahnya.

Hatiku yang tergetar mendengar seronok Anneke ganti bertanya dalam serak tenggorokanku, maukah Mbak Ambar membuang hajatnya di depanku dan Anneke, kemudian memberikan pantatnya kepadaku untuk kuceboki dengan lidahku. Kutambahkan pula agar Anneke terlebih dahulu meludahi lubang pantat dan bukit bokong Mbak Ambar sebelum aku mulai menjilatinya?

Mendengar suara serakku Anneke langsung cerah wajahnya, dia sangat terangsang dengan ungkapan-ungkapan erotis cinta ala hewaniah yang keluar dari mulutku. Dan kini hak Anneke untuk bicara, bahwa dia mau melakukan apa yang aku minta apabila aku bersedia mengencingi mulutnya. Dia sangat kehausan dan ingin minum langsung dari pancuran kencingku.

Mendengar ucapan Anneke aku menggelinjang, aku merasakan nonokku membasah. Aku melihat Mbak Ambar juga sangat gelisah. Dia menyambung bahwa dia akan membuang hajatnya di depanku dan Anneke asal tangan-tangan lentikku mau meremasi kotorannya dan membersihkan serpihan yang menempel di jari-jariku dengan lumatan mulutku seperti seseorang yang sehabis makan membersihkan makanan yang tertinggal di jari-jarinya. Anneke kembali menyambung bahwa dia juga ingin meremasi kotoranku kemudian mengusapi tubuhnya dengan tangannya yang penuh serpihan kotoran tersebut.

Dengan matanya yang dirasuki nyala birahi, Mbak Ambar kembali berbisik, maukah aku jadi budaknya? Dan menjadikan wajahku sebagai alas kakinya? Bersediakah aku setiap pagi menunggu Mbak Ambar melepas hajat paginya kemudian memandikan dia dengan lidahku dengan cara menjilati lehernya, ketiaknya, selangkangannya dan seterusnya hingga seluruh celah tubuhnya bersih oleh lidahku?

Ah, benar kata para ahli cinta. Apabila seseorang sedang jatuh cinta, maka apapun yang keluar dari tubuh orang yang dicintainya akan nikmat rasanya. Dan walaupun masih sebatas kata-kata tentang aroma ketiak, wanginya selangkangan, aroma pantat dan dubur, rasa kecut dari kuning pekat celana dalam atau BH yang belum dicuci, asin keringat, manis atau gurihnya ludah, pesingnya air kencing bahkan juga bau dan rasa kotoran dari orang yang dicintainya, aku langsung merinding dan bergetar saat mendengar ucapan Mbak Ambar padaku. Jantungku berdegup kencang membayangkan bagaimana aku melumati anusnya yang masih tersisa serpihan-serpihan kotoran beban paginya. Aku memandang Mbak Ambar dengan penuh nanar. Nonokku langsung membasah oleh cairan birahiku.

Demikian pula Anneke, saat mendengar bisikkan Mbak Ambar untukku dia langsung gemetar menahan gelegak nafsunya.. Aku tak tahan melihat bibirnya yang terbuka menunggu bibirku melumatinya. Dia meremas dan mencakar betisku menahan desakan birahinya sambil menyambung bisikannya.
"Mbak Marini, aku ingin kembali minum langsung dari memek Mbak, saat cairannya membanjir dari orgasme yang Mbak peroleh".
"Dan sudikah Mbak Marini kencing di depanku dan Mbak Ambar?".
"Kami ingin mencuci muka kami dan minum air kencing Mbak Marini".
Mbak Ambar yang mendengar bisikan Anneke menggigit bibirnya. Dia memandang aku dan mengerdipkan matanya yang mentatakan keinginannaya sebagaimana yang dikatakan Anneke. Bahkan dia setuju dan memperdengarkan kembali suara lembut dari bibirnya.
"Nanti Anneke dan Mbak Marini ikut saat aku buang air besar. Aku tidak akan cebok kecuali dengan lidah Mbak Marini".
"Dan aku akan meludahi dulu bokong dan lubang dubur Mbak Ambar sebelum Mbak Marini menjilatinya", sergah Anneke.

Demikianlah omongan kami yang meloncat-loncat liar dan acak-acakan tetapi sarat dengan pesan nafsu birahi yang penuh rindu dendam. Ucapan-ucapan seronok dan kotor yang keluar dari mulut-mulut mungil dan cantik kami mendongkrak libido dan membuat darah dan hati kami panas-dingin.

Perahu di dermaga nampaknya telah siap untuk bertolak, Mbak Ambar bergegas mendekat untuk melepas anaknya, aku lihat betapa bokongnya yang sintal semakin sintal dengan celana hotpants putih lembutnya. Sungguh dia menjadi bidadari di Pulau Bidadari ini. Tangan Anneke meremasi jemariku yang langsung kutarik ke mulutku, kulumati jari-jarinya, dia mendesah.
"Mbak Marini, aku ingin ngentoti pantat Mbak Ambar, aku ingin melahap pahanya, betisnya. Aku dendam banget dengan kecantikannya. Rasanya aku tak mau terpisahkan darinya".

Sementara perahu menuju ke Pulau Edam bergerak menjauh, Mbak Ambar berteriak memanggil kami,
"Ayo, kita keliling pulau lagi", kami tahu maksudnya.
Anneke bangkit dan mengangkatku berdiri. Kami mengikuti jalannya Mbak Ambar. Sesiang itu kami habiskan waktu untuk saling bercumbu di tempat-tempat sunyi sekeliling pulau sambil menikmati segarnya angin laut Kepulauan Seribu.
Dan saat aku kebelet untuk kencing dengan sepenuh nafsu Mbak Ambar dan Anneke benar-benar berebut menampung dengan tangannya kemudian meminumnya dan mencuci tubuh mereka dengan air kencingku. Demikian pula ketika Mbak Ambar kebelet kencing aku dan Anneke minum kencingnya, bahkan Mbak Ambar langsung menyiramkan pancuran kencingnya ke mulut dan tubuh kami. Cairan pekat kuning itu meresap ke BH-ku. Aku sengaja simpan dan tak pernah mencucinya hingga kini.

Waktu malamnya Mbak Ambar tidak bisa menyertai kami. Dia mesti bersama anaknya di pondoknya. Aku dan Anneke menghabiskan malam dengan penuh cumbu rayu, telanjang melepas semua baju-baju, dengan membuka semua jendela dan pintu-pintu. Alam pulau dan laut Pulau Seribu yang ramah memberikan kepuasan rindu birahi pada kami. Beberapa kali kami meraih orgasme.

Pagi harinya, saat matahari terbit memancar menghangatkan tubuh kami yang tergolek berjemur di bangku-bangku panjang di depan pondok kami Mbak Ambar datang.
"Hey, aku habis buang air dan belum kubersihkan pantatku".
Kami langsung tahu dan ingat akan janjiku yang selalu siap jadi budaknya untuk membersihkan beban paginya. Anneke langsung bangkit dan menarik tanganku mengikuti Mbak Ambar memasuki cottage kami. Dan pagi itu sesudah Anneke membuang ludahnya di seputar lubang dubur Mbak Ambar dia mengambil dildonya untuk dimainkan kedalam kemaluannya sambil mendekatkan wajahnya untuk menyaksikan bagaimana aku melaksanakan janjiku. Dan Mbak Ambar sendiri langsung menggelinjang sambil mendesah dan merintih saat lidahku menyentuh analnya.Tangan dan jari-jarinya menggosok-gosok dan mengocoki bibir dan lubang kemaluannya dengan cepat.

Aku merasakan sebuah sensasi erotik penuh nafsu hewaniah yang demikian mendesaki libidoku. Aku menjalankan tugasku dengan sangat sangat terhanyut hingga aku mendapatkan orgasmeku walaupun tak ada yang menyentuh nonokku. Aku langsung jatuh terkulai. Aku mendapatkan kepuasan tak terperi dari apa yang diberikan Mbak Ambar padaku. Masih sempat kudengar desahan dan rintihan histeris dari bibir-bibir cantik Mbak Ambar dan Anneke yang disertai tangan dan jari-jari mereka yang bergerak-gerak cepat menggosok dan menusuki kemaluannya. Mereka sedang diburu nafsu birahinya yang sekaligus mengejar orgasmenya. Dan beberapa detik kemudian Mbak Ambar dan Anneke menyusul rubuh terkulai di sampingku. Itulah sarapan pertama kami sebelum kentongan restauran pulau memanggil untuk sarapan bersama. Dan itu pulalah kesempatan pertamaku yang kulakukan dengan penuh terpaan sensasi erotikku. Aku benar-benar merasakan betapa cintaku pada Mbak Ambar tak bisa kuungkapkan dalam kata-kata lagi. Dan dengan cintaku yang menggebu itu apapun yang keluar dari tubuh Mbak Ambar terasa sedap bagiku.

Pagi itu sesudah selesai sarapan pagi bersama di restoran yang ramah itu kami bersiap untuk kembali ke Jakarta. Kami tak sempat bercumbu lagi dengan Mbak Ambarwati, tetapi pertemuan dengannya memberikan aku khasanah baru, apapun yang keluar dari dia, merupakan kenikmatan erotis yang tak pernah kulupakan.

Sepanjang pelayaran pulang menuju Jakarta kami menyaksikan kebahagiaan keluarga manis-manis itu. Mbak Ambarwati, ibu muda yang cantik penuh pesona bersama putra-putrinya yang jago layar dan snorkelling telah mendapatkan kesenangan dan kegembiraannya.

Sementara itu Anneke dan aku berbahagia karena pengalaman baru yang kami dapatkan dari Pulau Bidadari selalu menyertai saat saling melepas rindu birahi. Hal-hal yang kami alami bersama Mbak Ambar di pulau itu kami lakukan kembali saat kami tenggelam dalam cumbu. Dan Anneke kembang liar dari Madiun itu kian nampak matang dan dewasa. Dia bukan lagi sekedar seorang mayoret yang mempesona atau anak Paskibraka yang sensual, tetapi Anneke telah siap menjadi seorang perempuan eksekutif di kantornya yang baru di Jakarta.

Besok dia sudah mulai masuk kerja. Dia kini berkonsentrasi penuh untuk memulai karirnya sebagai seorang professional yang menuntutnya untuk selalu enerjik, penuh kreatifitas dan imajinasi.

Andani Citra

Admin | Kamis, April 28, 2011 |

Ini adalah pengalamanku yang agak beda dari yang biasa kuceritakan pada pembaca. Karena kali ini aku akan membuka sisi lesbianku, seperti yang dikatakan ilmu psikologi bahwa setiap manusia itu tidak 100% homoseks, juga tidak 100% heteroseks. Pernah diceritakan pada kisah-kisahku sebelumnya bahwa aku juga pernah melakukan aktivitas seksual dengan sesama jenisku walau bersamaan dengan lawan jenisku. Namun kecenderunganku pada wanita paling cuma 25%, cuma buat variasi atau iseng saja. Pada kesempatan ini aku akan menceritakan aktivitas seksku dengan sesama jenis secara khusus.

*****

Diantara empat sekawan geng-ku mungkin yang belum banyak diketahui pembaca adalah Ratna, aku memang belum sempat menuliskan pengalaman-pengalaman kami bersamanya. Ratna ini orangnya paling kalem diantara kami, juga paling pintar dalam pelajaran. Dibanding kami bertiga yang masih sendiri atau sering gonta-ganti pacar, perjalanan cintanya adalah yang paling mulus, cowoknya seorang liberal sehingga sehingga membiarkannya bebas bertualang dengan cowok lain, asalkan hatinya tetap untuknya, begitu kata cowoknya yang juga pernah terlibat ML denganku itu.

Dia mempunyai tubuh langsing dengan payudara sedang, berambut hitam sebahu. Wajahnya bersih serta bermata bening dan berbibir indah, membuat setiap pria terkesima oleh pesonanya. Karena lebih banyak menghabiskan waktu dengan pacarnya, kebersamaannya denganku lebih sedikit dibanding dua temanku lainnya.

Hari itu kami rencananya akan clubbing, sebelumnya aku harus menjemput Ratna dulu di rumahnya baru ke rumah Verna yang tidak terlalu jauh dari sana, barulah berangkat bareng dengan mobilnya Verna. Aku sampai ke rumah Ratna terlalu pagi agaknya, baru jam setengah delapan malam. Setiba di sana aku disambut mamanya yang mengatakan kalau Ratna sedang mandi, beliau mempersilakanku langsung saja ke kamarnya di lantai tiga.

"Hai, Ci, masuk aja dulu, gua belum beres nih!" ajaknya saat membuka pintu.

Jelas sekali dia baru mandi karena rambutnya basah dan cuma memakai handuk hijau yang melilit di tubuhnya.

"Walah, lu baru mandi lu malam gini!" kataku.
"Hehehe.. Tadi ketiduran lama abis nonton film, ya sekalian isi tenaga buat nanti lah!" jawabnya.

Dia duduk di ranjang dan mengoleskan body lotion pada pahanya, dipersilahkannya aku duduk di sebelahnya. Kuperhatikan tubuh montoknya yang cuma terbalut handuk dengan kulit putih mulus, kaki kanannya yang sedang diolesi lotion ditekuk sehingga memancarkan keindahannya.

"Ikutan Amway (salah satu usaha MLM) lu Na? Bukannya biasa lu pake Bodyshop?" tanyaku merujuk pada body lotion itu.
"Nggak, itu saudara gua nawar-nawarin terus sih, jadi aja gua beli deh, lumayan mahal loh!"
"Bagus nggak tapi?"
"Ya gitulah, kata gua sih nggak beda jauh, cuma bantuin saudara gua nambah poin aja sih," jawabnya, "Nih.. Coba aja sama lu sini!" seraya menawarkannya padaku

Aku menjulurkan telapak tangan menerima sedikit cairan itu, lantas kuoleskan pada lengan dan betisku yang terbuka karena saat itu memakai celana jeans ketat sepanjang lutut.

"Ci, bisa tolong gosokin ke punggung sekalian nggak?" pintanya sambil melepas handuk yang membelit tubuhnya sehingga terlihatlah tubuh telanjang dibaliknya.

Ratna merebahkan tubuhnya tengkurap dan menaruh kepalanya pada kedua lengannya yang dilipat. Mulailah aku menggosok punggungnya, perlahan sambil memijat. Dia senyum-senyum kecil sambil dan memuji pijatanku yang katanya enak dan lembut.

"Eemmhh.. Enak Ci, kaya di salon aja, lu emang bakat mijat deh!"
"Enak aja.. Gua disamain tukang pijat, iihh!" kataku sambil menepuk pelan pantat montoknya.
"Aw.. Genit ah lu, tepuk-tepuk pantat segala" sambil tertawa cekikikan.

Mumpung tanganku sudah mendarat di pantatnya dan cairan itu masih tersisa sedikit ditanganku, akupun sekalian memijati pantatnya.

"Disini sekalian dioles juga yah, tanggung nih dikit lagi, sayang kan mahal-mahal mubazir" saranku yang lalu diiyakannya.

Ketika mengurut bongkahan pantatnya terdengar olehku dia mendesis pelan dan tubuhnya sedikit bergetar. Melihat reaksinya, iseng-iseng aku menyusupkan tanganku ke paha dalam lalu merambat perlahan ke pangkalnya.

"Oohh.. Ci!!" desisnya makin jelas begitu daerah sensitif itu kusentuh.

Entah secara disadari atau tidak, dia merenggangkan kedua pahanya seolah minta lebih. Karena dia menikmati yang kulakukan, akupun mulai horny dan terdorong meneruskan lebih jauh lagi.

Pinggiran vaginanya kuusapi dan sedikit demi sedikit jari tengah dan telunjukku mulai masuk ke lubang kemaluannya. Jempolku kususupi ke anusnya diiringi desahannya, oohh..! Baik aku maupun dia makin terangsang saja dengan suasana seperti ini. Tanganku yang sudah basah oleh body lotion jadi tambah basah bercampur dengan air kewanitaan Ratna. Sekitar sepuluh menit jari-jariku bermain pada anus dan vaginanya hingga akhirnya dia menggelinjang dan mendesah mencapai orgasmenya. Dua menit kemudian dia bangkit duduk di ranjang dan menatapku dengan senyum manis.

"Ok, sekarang giliran lu Ci" katanya.

Akupun mulai melepas tank-top dan BH-ku sehingga aku topless sekarang.

"Wah, tambah seksi aja lu Ci" sahutnya sambil memencet payudaraku.
"Sama lu juga, pantesan si Samuel betah sama lu" jawabku sambil balas mencubit putingnya.

Kami saling meraba payudara, pelan-pelan wajah kami semakin dekat, hidungku bertemu hidungnya. Hembusan nafas Ratna yang sudah memburu terasa di wajahku. Kulingkarkan tanganku pada lehernya dan bibir kami mulai saling mendekat hingga bertemu.

Aku mengeluarkan lidah menjilati bibirnya, dia juga ikut mengeluarkan lidahnya membalas perbuatanku. Lidah kami menari-nari dalam mulut pasangan masing-masing. Tangannya yang lembut membelai punggungku menimbulkan sensasi geli yang nikmat. Demikian pula halnya tanganku turut mengelus punggungnya, sementara tangan kananku meremas payudaranya sambil memilin-milin putingnya, puting itu makin mengeras karena terus kumain-mainkan. Tanpa melepas ciuman, kudorong tubuhku de depan sehingga menindihnya. Ciuman kami semakin hot seiring dengan gairah yang makin membara dalam diri kami. Suara-suara kecupan bercampur dengan erangan tertahan dan nafas kami yang makin menderu.

Tiba-tiba Ratna mendorong tubuhku dan berguling ke samping, kini posisi kami bertukar menjadi dia yang menindihku. Tangannya dengan sigap membuka sabukku dan memerosotkan celanaku berserta celana dalam dibaliknya. Aku turut menggerakkan kakiku membantu celana itu lepas dari tubuhku. Ratna melemparkan celana dan celana dalamku ke kursi rias yang tak jauh dari sini. Kembali dia menindihku hingga payudara kami saling menghimpit. Setengah menit kami berpelukan erat dengan mata saling tatap, kemudian kurasakan suatu gesekan pada bibir vaginaku yang membuatku mendesah secara refleks.

Ternyata Ratna mengelus vaginaku dengan pahanya. Aku membuka pahaku lebih lebar agar klitorisku juga merasakan belaian lembut itu. Gesekan itu membuatku menggelinjang, belum lagi sekarang Ratna sudah mulai menciumi telingaku. Hembusan nafas ditambah permainan lidahnya pada lubang dan daun telingaku menghanyutkanku lebih dalam.

"Eemmhh.. Nana.. Mm!" desahku dengan mata terpejam.
"Servis gua ok kan" katanya berbisik di telingaku.

Ciumannya merambat turun ke leherku, ssrr.. Lidahnya menyapu telak leher jenjangku disusul gigitan pelan dan cupangan yang dilakukannya dengan lembut dan mesra. Tangan kirinya menangkap payudaraku dan meremasnya lembut, jari-jarinya yang lentik menyentil-nyentil putingku hingga membuatnya makin tegang. Dari leher mulutnya turun lagi ke dadaku, lidahnya menjilati putingku yang kanan sementara tangan kirinya tetap memijat payudara kiriku.

"Terus Na.. Give me more!" kataku sambil menekan kepalanya karena tidak puas hanya dengan dijilati saja.

Tubuhku bergetar hebat merasakan payudaraku dikenyot dan diremas olehnya.

Tangan kanannya kini bercokol di kemaluanku menggantikan pahanya, jarinya membelai lembut diantara kerimbunan bulu-bulu kemaluanku. Dua jari lainnya masuk ke dalam dan mengelus-elus dinding vaginaku sekaligus mencari klitorisku. Ketika menemukan titik rangsangan itu, semakin gencarlah dia memainkan benda itu sehingga tubuhku makin tak terkendali dengan mendesah dan menggeliat-geliat. Butir-butir keringat seperti embun sudah membasahi dahiku dan wajahku makin merah menandakan betapa terangsangnya aku. Kugerakkan tanganku ke bawah meraih payudaranya dan meremasinya sebagai respon perbuatannya.

Jilatan Ratna turun lagi ke pusar yang dia jilati sebentar membuatku tertawa kecil karena geli, kemudian turun lagi mencapai vaginaku. Diperhatikannya sejenak kemaluanku sambil mengelus bulunya yang lebat. Kedua jarinya membuka bibir vaginaku sehingga udara dingin dari AC menerpanya. Darahku makin bergolak ketika dia mulai membenamkan wajahnya ke daerah itu. Aahh.. Desisku begitu lidahnya menyentuh bibir vaginaku.

"Na.. Eenngghh.. Di situ.. Terus!" aku menggeliat merasakan lidah Ratna bergerak liar seperti ular merangsang setiap titik peka pada vaginaku. Sebagai seorang wanita, dia tahu betul bagaimana memanjakan tubuh wanita secara seksual.

Aku sungguh menikmati permainan oralnya. Kedua pahaku merapat mengapit kepalanya menahan rasa geli. Otomatis pinggulku ikut bergoyang akibat rangsangan itu, Ratna memegangi pinggulku untuk menahan guncangan agar tak terlalu keras. Birahiku pun makin memuncak yang berakibat tubuhku menggelinjang hebat. Akhirnya sebuah erangan panjang menandai orgasmeku, tubuhku mengejang dengan tangan kiri meremas payudaraku sendiri dan tangan kananku menekan kepalanya lebih terbenam lagi di selangkanganku. Aku merasakan vaginaku dihisap-hisap kuat olehnya, melahap setiap tetes cairan yang terus mengalir dari sana.

"Oohh.. Nana.. Bitch.. Aahh.. Akh!" erangku dengan mata merem-melek sambil meremas rambutnya.

Lalu Ratna pun mengangkat wajahnya dan kembali naik ke tubuhku, pada mulutnya yang belepotan cairan kewanitaanku itu tersungging sebuah senyum.

"Love it?" tanyanya dekat wajahku.

Aku cuma mengangguk dengan nafas masih kacau. Diciumnya bibirku dan kubalas dengan tak kalah bernafsu. Aroma vaginaku masih terasa tajam pada mulutnya, kami ber-French kiss sambil menikmati sisa-sisa cairan kemaluanku.

Setelah tenagaku terkumpul aku mencoba membalikkan tubuhnya hingga dia telentang di sebelahku. Kubelai rambut dan wajahnya sambil mendekatkan wajahku padanya. Putingnya yang terjepit diantara jariku kupencet dan kuplintir menyebabkan dia mendesah, saat itulah aku mencium bibirnya yang terbuka. Lidahnya kukulum dalam mulutku sambil menggerayangi payudaranya. Ratna menggeliat-geliat saat lehernya merasakan jilatan dan cupanganku, di saat yang sama tanganku sibuk memilin-milin kedua putingnya yang sudah keras. Dalam keadaan birahi tinggi seperti itu secara tidak sengaja, tangannya yang tadinya cuma mengelus punggung, tiba-tiba mencakarku.

"Aduh-duh.. Hati-hati dong Na, sakit tau, udah tau kuku panjang gitu!" protesku.
"Eehh.. Sory Ci, sory banget, habis lagi tegangan tinggi sih, cuma lecet dikit kan nggak akan berbekas!"
"Awas ya, gua bales nih!" puting kanannya kugigit agak keras sambil meremas payudaranya.
"Aakkhh.. Ci.. Pelan-pelan!" erangnya dengan tubuh mengejang.

Erangannya justru membuatku makin bergairah mengenyot kedua payudaranya secara bergantian. Selanjutnya aku mulai melakukan mandi kucing terhadapnya. Leher dan pundaknya kusapu dengan lidah, kedua tangannya kurentangkan ke atas sehingga aku bisa menjilati ketiaknya yang bebas bulu.

"Oohh.. Ampun Ci.. Geli..!" desahnya bercampur tawa kegelian, tubuhnya pun terhentak-hentak.

Aku terus menjilati ke bagian dada, perut, hingga sampai pada kemaluannya. Bulu-bulunya agak jarang, tidak selebat milikku, serta bentuknya dicukur rapih. Tanpa buang waktu lagi aku langsung menjilati belahannya dan menggesek-gesek klitorisnya dengan jariku, perbuatanku ini spontan membuatnya menggelinjang hebat.

"Aahh.. Gila.. Uuhh.. Uhh.. Disitu enak Ci!" demikian desah Ratna.

Lidahku menyusup lebih dalam menjilati dinding kemaluan dan klitorisnya, semakin kujilat semakin basah daerah itu. Klitorisnya kutangkap dengan mulut dan kuhisap sehingga pemiliknya makin berkelejotan tak karuan.

"Ci.. Citra, udah.. Gua keluar!" erangnya lebih panjang seiring dengan mengejangnya tubuhnya.

Cairan yang keluar dari kemaluannya semakin banyak serta merta kujilati dengan nikmat.

Ratna kembali melemas sementara aku masih saja menjilati tubuhnya sampai 2-3 menit ke depan. Akhirnya kamipun tergolek bersebelahan, beristirahat sejenak dengan obrolan dan canda ringan. Tiba-tiba HP Ratna berbunyi.

"Iya-iya, ntar lagi kita berangkat kok.. Udah Citra dah datang dari tadi, tunggu ya!" kata Ratna menjawab HP-nya.
"Verna tuh, udah ngomel-ngomel, yuk siap-siap!" katanya lagi setelah menutup HP.

Kamipun bangun menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh dengan handuk basah. Ratna berdandan dengan terburu-buru sampai hampir lupa meresleting bajunya.

"Ya ampun Na, dari tadi pintu nggak dikunci yah, gimana kalo ada yang kesini?" seruku ketika mau membuka pintu.
"Ups, lupa.. Heheh.. Rasanya sih nggak, cuma ada nyokap di bawah, untung si Vina (adiknya) lagi keluar, yuk let's go!" dia menarik lenganku dan melangkah ke bawah dengan cepat.

Setelah pamitan pada mamanya, kamipun berangkat untuk menikmati hiburan malam.

Aku Janda Kesepian

Admin | Kamis, April 28, 2011 |

Para netters sekalian, aku ingin sekali menceritakan pengalaman hidup masa laluku kepada anda semua, mungkin ada di antara anda yang dapat mengobati perasaanku ini. Tetapi tolong jangan terobsesi dengan ceritaku ini. Ceritaku ini berawal ketika di usiaku yang masih terbilang muda, 19 tahun, papaku waktu itu menjodohkan aku dengan seorang pemuda yang usianya 10 tahun lebih tua dari aku dan katanya masih ada hubungan saudara dengan keluarga mamaku.

Memang usiaku saat itu sudah cukup untuk berumah tangga dan wajahku juga tergolong lumayan, walaupun badanku terlihat agak gemuk mungkin orang menyebutku bahenol, namun kulitku putih, tidak seperti kebanyakan teman-temanku karena memang aku dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang berdarah Cina-Sunda, papaku Cina dan mamaku Sunda asli dari Bandung. Sehingga kadang banyak pemuda-pemuda iseng yang mencoba merayuku. Bahkan banyak di antara mereka yang bilang bahwa payudaraku besar dan padat berisi sehingga banyak laki-laki yang selalu memperhatikan buah dadaku ini saja. Apalagi bila aku memakai kaos yang agak ketat, pasti dadaku akan membumbung tinggi dan mancung. Tetapi sampai aku duduk di kelas 3 SMA aku masih belum memiliki pacar dan masih belum mengenal yang namanya cinta.

Sebenarnya dalam hatiku aku menolak untuk dijodohkan secepat ini, karena sesungguhnya aku sendiri masih ingin melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi. Namun apa daya aku sendiri tak dapat menentang keinginan papa dan lagi memang kondisi ekonomi keluarga saat itu tidak memungkinkan untuk terus melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi. Karena ke-3 orang adikku yang semua laki-laki masih memerlukan biaya yang cukup besar untuk dapat terus bersekolah. Sementara papa hanya bekerja sebagai pegawai swasta biasa. Maka dengan berbagai bujukkan dari keluarga terutama mamaku aku mengalah demi membahagiakan kedua orangtuaku.

Begitulah sampai hari pernikahan tiba, tidak ada hal-hal serius yang menghalangi jalannya pernikahanku ini dengan pemuda yang baru aku kenal kurang dari dua bulan sebelumnya. Selama proses perkenalan kamipun tidak ada sesuatu hal yang serius yang kami bicarakan tentang masa depan karena semua sudah diatur sebelumnya oleh keluarga kedua belah pihak. Maka masa-masa perkenalan kami yang sangat singkat itu hanya diisi dengan kunjungan-kunjungan rutin calon suamiku setiap malam minggu. Itupun paling hanya satu atau dua jam saja dan biasanya aku ditemani papa atau mama mengobrol mengenai keadaan keluarganya. Setelah acara resepsi pernikahan selesai seperti biasanya kedua pengantin yang berbahagia memasuki kamar pengantin untuk melaksanakan kewajibannya.

Yang disebut malam pengantin atau malam pertama tidak terjadi pada malam itu, karena setelah berada dalam kamar aku hanya diam dan tegang tidak tahu apa yang harus kulalukan. Maklum mungkin karena masih terlalu lugunya aku pada waktu itu. Suamiku pada waktu itupun rupanya belum terlalu "mahir" dengan apa yang disebut hubungan suami istri, sehingga malam pertama kami lewatkan hanya dengan diraba-raba oleh suami. Itupun kadang-kadang aku tolak karena pada waktu itu aku sendiri sebenarnya merasa risih diraba-raba oleh lelaki. Apalagi oleh lelaki yang "belum" aku cintai, karena memang aku tidak mencintai suamiku. Pernikahan kami semata-mata atas perjodohan orang tua saja dan bukan atas kehendakku sendiri.

Barulah pada malam kedua suamiku mulai melancarkan serangannya, ia mulai melepas bajuku satu per satu dan mencumbu dengan menciumi kening hingga jari kaki. Mendapat serangan seperti itu tentu saja sebagai seorang wanita yang sudah memasuki masa pubertas akupun mulai bergairah walaupun tidak secara langsung aku tunjukkan ke depan suamiku. Apalagi saat ia mulai menyentuh bagian-bagian yang paling aku jaga sebelumnya, kepalaku bagaikan tak terkendali bergerak ke kanan ke kiri menahan nikmat sejuta rasa yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

Kemaluanku mulai mengeluarkan cairan dan sampai membasahi rambut yang menutupi vaginaku. Suamiku semakin bersemangat menciumi puting susu yang berwarna merah muda kecoklatan dan tampak bulat mengeras mungkin karena pada saat itu aku pun sudah mulai terangsang. Aku sudah tidak ingat lagi berapa kali ia menjilati klitorisku pada malam itu, sampai aku tak kuasa menahan nikmatnya permainan lidah suamiku menjilati klitoris dan aku pun orgasme dengan menyemburkan cairan hangat dari dalam vaginaku ke mulutnya.

Dengan perasaan tidak sabar, kubuka dan kuangkat lebar kakiku sehingga akan terlihat jelas oleh suamiku lubang vagina yang kemerahan dan basah ini. Atas permintaan suami kupegang batang kemaluannya yang besar dan keras luar biasa menurutku pada waktu itu. Perlahan-lahan kutuntun kepala kemaluannya menyentuh lubang vaginaku yang sudah basah dan licin ini. Rasa nikmat yang luar biasa kurasakan saat kepala penis suamiku menggosok-gosok bibir vaginaku ini. Dengan sedikit mendorong pantatnya suamiku berhasil menembus keperawananku, diikuti rintihanku yang tertahan.

Untuk pertama kalinya vaginaku ini dimasuki oleh penis laki-laki dan anehnya tidak terasa sakit seperti yang seringkali aku dengar dari teman-temanku yang baru menikah dan menceritakan pengalaman malam pertama mereka. Memang ada sedikit rasa sakit yang menyayat pada saat kepala penis itu mulai menyusup perlahan masuk ke dalam vaginaku ini, tetapi mungkin karena pada waktu itu aku pun sangat bergairah sekali sehingga aku sudah tidak perduli lagi dengan rasa sakitnya. Apalagi saat suamiku mulai menggosok-gosokkan batang penisnya itu di dalam vaginaku, mataku terpejam dan kepalaku hanya menengadah ke atas, menahan rasa geli dan nikmat yang tidak dapat aku ceritakan di sini.

Sementara kedua tanganku memegang tepian ranjang yang berada di atas kepalaku. Semakin lama goyangan pinggul suamiku semakin cepat diikuti dengan desahan nafasnya yang memburu membuat nafsuku makin menggebu. Sesekali terdengar suara decak air atau becek dari lubang vaginaku yang sedang digesek-gesek dengan batang penis suamiku yang besar, yang membuatku semakin cepat mencapai orgasme yang kedua. Sementara suami masih terus berpacu untuk mencapai puncak kenikmatannya, aku sudah dua kali orgasme dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sampai akhirnya suamiku pun menahan desahannya sambil menyemburkan cairan yang hangat dan kental dari kepala penisnya di dalam lubang vaginaku ini.

Belakangan baru aku ketahui cairan itu yang disebut dengan sperma, maklum dulu aku tergolong gadis yang kurang gaul jadi untuk hal-hal atau istilah-istilah seperti itu aku tidak pernah tahu. Cairan sperma suamiku pun mengalir keluar dari mulut vaginaku membasahi sprei dan bercampur dengan darah keperawananku. Kami berdua terkulai lemas, namun masih sempat tanganku meraba-raba bibir vagina untuk memuaskan hasrat dan gairahku yang masih tersisa. Dengan menggosok-gosok klitoris yang masih basah, licin dan lembut oleh sperma suamiku, aku pun mencapai orgasme untuk yang ketiga kalinya.

Luar biasa memang sensasi yang aku rasakan pada saat malam pengantin itu, dan hal seperti yang aku ceritakan di atas terus berlanjut hampir setiap malam selama beberapa bulan. Dan setiap kali kami melakukannya aku selalu merasa tidak pernah puas dengan suami yang hanya mampu melakukannya sekali. Aku membutuhkannya lebih dari sekali dan selalu menginginkannya setiap hari. Entah apa yang sebenarnya terjadi dalam diriku sehingga aku tidak pernah bisa membendung gejolak nafsuku. Padahal sebelum aku menikah tidak pernah kurasakan hal ini apalagi sampai menginginkannya terus menerus. Mungkinkah aku termasuk dalam golongan yang namanya hypersex itu?

Setelah 2 tahun kami menikah aku bercerai dengan suamiku, karena semakin hari suamiku semakin jarang ada di rumah, karena memang sehari-harinya ia bekerja sebagai manajer marketing di sebuah perusahaan swasta sehingga sering sekali ia keluar kota dengan alasan urusan kantor. Dan tidak lama terdengar berita bahwa ia memiliki istri simpanan. Yang lebih menyakitkan sehingga aku minta diceraikan adalah istri simpanannya itu adalah bekas pacarnya yang dulu, ternyata selama ini dia pun menikah denganku karena dipaksa oleh orang tuanya dan bukan karena rasa cinta.

Tak rela berbagi suami dengan wanita lain, akhirnya aku resmi diceraikan suamiku. Sakit memang hati ini seperti diiris-iris mendengar pengakuan suami tentang istri simpanannya itu, dengan terus terang dia mengatakan bahwa dia lebih mencintai istri simpanannya yang sebetulnya memang bekas pacarnya. Apalagi katanya istri simpanan suamiku itu selalu dapat membuat dirinya bahagia di atas ranjang, tidak seperti diriku ini yang selalu hanya minta dipuaskan tetapi tidak bisa memuaskan keinginan suamiku, begitu katanya.

Lima tahun sudah aku hidup menjanda, dan kini aku tinggal sendiri dengan mengontrak sebuah rumah di pinggiran kota Jakarta. Beruntung aku mendapat pekerjaan yang agak lumayan di sebuah perusahaan swasta sehingga aku dapat menghidupi diriku sendiri. Belakangan ini setiap malam aku tidak dapat tidur dengan nyenyak, sering aku baru bisa tertidur pulas di atas jam 03.00 pagi. Mungkin dikarenakan pikiranku yang sering ngelantur belakangan ini. Sering aku melamun dan membayangkan saat-saat indah bersama suamiku dulu.

Terkadang sering pula aku membayangkan diriku bermesraan dengan seorang teman kerjaku, sehingga setiap malam hanya onani saja yang dapat kulakukan. Tidak ada keberanian untuk menceritakan hal ini kepada orang lain apalagi pada teman-teman kerjaku, bisa-bisa aku diberi julukkan yang tidak baik di kantor. Hanya dengan tanganku ini kuelus-elus bibir vaginaku setiap malam sambil membayangkan bercumbu dengan seorang laki-laki, terkadang juga kumasukkan jari telunjukku agar aku dapat lebih merasakan kenikmatan yang pernah kualami dulu.

Para netters sekalian, aku memberanikan diri menceritakan hal seperti di atas kepada Anda semua mungkin karena didorong oleh perasaan yang sangat tak tertahankan lagi saat ini. Dan mungkin ada di antara anda yang dapat membantu dan mungkin akan menjadi jodohku kelak. Aku harap Anda tidak hanya terobsesi dengan ceritaku di atas.

TAMAT

sumber: http://www.facebook.com/notes/cerita-dewasa/aku-janda-kesepian/18806155788893

Singkap Kebohongan Orgasme pada Wanita

Admin | Rabu, April 27, 2011 |


Wanita seringkali memalsukan orgasmenya, dan pasangan kerap tidak menyadari hal tersebut. Ini disebabkan karena banyak orang yang belum tahu ciri serta definisi dari orgasme itu sendiri.

Orgasme bukan hanya meliputi kepuasan fisik namun juga batin, termasuk kepuasan emosional. Orgasme bukan hanya masalah kuantitas, namun kualitas suatu hubungan.

Yang terjadi dalam tubuh ketika orgasme adalah sebagai berikut.

1. Detak jantung semakin cepat, dan aliran darah dalam tubuh semakin cepat.

2. Hormon-hormon seperti endorpin dan oksitosin akan diproduksi secara besar-besaran. Hormon itulah yang akan menimbulkan perasaan senang di setiap orang.

3. Aliran darah yang kencang terpompa ke daerah alat kelamin, yang
kemudian membuat otot-otot di sekitar alat kelamin mengencang.

4. Akan ada kontraksi di daerah alat kelamin sebanyak 5-15 kali dalam jeda waktu 0,8 detik tiap-tiap kontraksinya. Momen itulah yang disebut orgasme.

Sayangnya kebanyakan orang menjadikan orgasme sebagai tujuan seksnya. Padahal sebuah hubungan seksual memiliki banyak arti yang lain. Hubungan seksual menimbulkan sensasi dan getaran yang luar biasa, menimbulkan perasaan saling mencintai, memiliki dengan pasangan. Selain itu hubungan seksual dapat bertujuan untuk meneruskan keturunan.

Jika secara fisik seseorang merasa tidak mampu memuaskan pasangan. Hal yang harus dilakukan adalah menciptakan atmosfer yang menyenangkan, aman, nyaman, dan saling sayang. Hal itu akan dapat meningkatkan kualitas hubungan.

Yang paling penting, orgasme tidak melulu harus dikaitkan dengan alat kelamin seperti yang selama ini dibicarakan. Sebagian orang merasa mengalami orgasme tanpa harus disentuh alat kelaminnya.

Jadi perbaiki kualitas hubungan Anda, dan rasakan sensasi orgasme sekarang juga trik mencapai orgasme
Puncak dari hubungan intim adalah terjadinya orgasme. Orgasme itu sendiri adalah suatu sensasi erotik yang menyenangkan, yang menimbulkan suatu perasaan. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan orgasme, baik pada wanita ataupun pria.

Sebelum menempatkan pasangan dalam posisi dan mempersiapkan untuk mengejutkan diri sendiri, Anda perlu memperhatikan kebutuhan pasangan Anda juga. Ketika Anda siap melakukan hubungan intim bersama pasangan, upayakan ingat apa yang terjadi di sekitar Anda dengan memperhatikan hal-hal berikut.

1. Perhatikan sensasi fisik
Dengarkan suara-suara di sekitar Anda, seperti musik atau rintihan pasangan, bahkan suara Anda sendiri. Rasakan sensasi menyatunya tubuh Anda bersama pasangan. Pakailah tangan untuk mengesplorasi area lain pasangan Anda. Berikan ciuman dan rasakan tubuhnya. Tatap dan gunakan cermin untuk melihat Anda berdua selagi saling berpelukan.

2. Fantasi
Kadang-kadang, membayangkan Anda tengah bersama pasangan dalam situasi bahaya dapat meningkatkan sensasi seks dan berujung pada orgasme yang kuat.

3. Menyela hubungan intim
Selagi Anda berhubungan intim, hentikan bercinta sesaat dan alihkan melakukan aktivitas lain beberapa saat. Dan teruskan penetrasi kembali serta lakukan sampai Anda siap orgasme. Menyela hubungan intim tidak hanya meningkatkan orgasme Anda, tapi juga meningkatkan orgasme pasangan.

Apa Itu Orgasme?

Apakah orgasme hanyalah sebuah reaksi fisik untuk memacu lebih cepat dan kemudian 'melepaskan' sesuatu? Apakah orgasme hanyalah sebuah perasaan nikmat sesaat? Apakah orgasme juga hanya sekedar sebuah 'kematian' sesaat?

Sebelum Anda terlanjur dipusingkan oleh soal bagaimana cara mendapatkan orgasme yang pas dan lebih baik, mungkin Anda perlu untuk memahami soal bagaimana Anda akan mencapai orgasme untuk diri Anda sendiri, dipadukan dengan hasil penelitian para ahli.

Apakah Orgasme Berbeda Pada Pria dan Wanita?

Sadar ataupun tidak, kita seringkali membandingkan diri kita dengan orang lain. Dan saat kita mulai menyinggung soal gender, kita pastinya memahami perbedaan fisik yang ada. Jadi, apakah ada perbedaan pula tentang orgasme antara pria dan wanita? Tentu tidak, karena orgasme bisa hanya bisa didapatkan oleh sebuah pasangan dan bukannya individual.

Apakah Saya Telah Mendapatkan Orgasme?

Orgasme kadangkala tak mudah diraih. Kurangnya pendidikan tentang seks dan juga kesan-kesan negatif yang kita punya terhadap tubuh kita sendiri dan seksualitas kita, membuat kita hidup dalam 'ketidaktahuan' seksual.

Tak ada tes khusus yang bisa menunjukkan bahwa Anda tengah mengalami orgasme. Namun demikian, ada banyak hal yang bisa Anda tanyakan pada diri Anda sendiri, sehingga bisa membantu Anda mencapai sebuah kehidupan seks yang sehat, dengan maupun tanpa orgasme.

Orgasme Baik Untuk Kesehatan?

Orgasme bukanlah sekedar perasaan yang 'fantastik'. Ada sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa orgasme yang rutin bisa membawa keuntungan bagi kesehatan, seperti mengurangi resiko kanker prostat dan serangan jantung, serta bisa pula membantu kita mengatasi stres dan susah tidur.

Orgasme Memiliki 'Tipe' Yang Berbeda

Tak ada 'patokan' yang pasti soal 'sensasi' orgasme. Namun demikian, Anda tak perlu membanding-bandingkan dengan pengalaman seseorang atau pasangan yang lain. Ada baiknya jika Anda mendengarkan pengalaman orgasme orang lain dan juga nasehat dari para pakar 'seks' untuk memperluas wawasan Anda tentang hal itu, sehingga Anda bisa menciptakan sendiri definisi seksual dan memilih 'model' orgasme yang sesuai dengan diri Anda.

Orgasme 'Semu'

Orgasme 'semu' telah banyak menjadi topik dalam pembicaraan soal seks. Sehingga kadang timbul pertanyaan: Seberapa sering orang-orang mengalami orgasme? Apakah hanya wanita yang seringkali mengalami atau melakukannya? Bagaimana sikap Anda jika pasangan Anda yang melakukannya?

Ketidakmampuan Orgasme

Dengan pengetahuan seksual yang sangat minim, cara pandang masyarakat sekitar terhadap seks dan seberapa besar respon seksual secara keilmuan, membuat orgasme terkadang tak datang secara natural. Baik pria dan wanita bisa mengalami gangguan untuk mencapai orgasme dalam situasi tertentu, yang lambat laun bisa mempengaruhi kehidupan seksual mereka.

Selesei.

Aku dan Regina

Admin | Selasa, April 26, 2011 |

Ini adalah cerita tentang pengalamanku saat berhubungan seks dengan sahabat baikku, Regina H. Dharmawan. Pagi ini, aku kembali mendapat kuliah sore hari. Ah, daripada iseng, lebih baik aku ke rumah Regina. Sekalian dari sana pergi ke kampus bersama. Aku memarkir mobil di depan pintu pagar rumah Regina. Rumahnya tampak sepi. Jangan-jangan ia tak ada di rumah. Aku tekan bel pintu. Tak lama kemudian pembantunya keluar.

"Ada perlu apa, Non?" tanyanya.
"Ng.. Gina ada, Mbak?"
"Ada, tunggu sebentar ya." Sang pembantu masuk ke dalam rumah kembali.
"Kata Non Gina, Non Irene disuruh langsung masuk saja. Non Gina lagi ada di kamarnya."
"Baiklah, Mbak."

Pembantu itu mengantarkan aku ke depan pintu kamar tidur Regina. Setelah pintu dibuka dari dalam aku segera masuk. Si pemilik kamar sedang duduk di atas tempat tidur seraya membaca buku. Astaga! Ia telanjang bulat. Tubuhnya yang indah itu tidak ditutupi oleh selembar benang pun. Tampaklah payudaranya yang montok dan padat. Ditengah-tengahnya terdapat puting susu yang tinggi, yang dikelilingi oleh lingkaran coklat, sementara bagian kemaluannya ditumbuhi rambut-rambut tipis. Pahanya yang putih dan mulus menantang setiap lelaki untuk menjamahnya.
"Ren, duduk di sini dong. Jangan bengong saja."
"Lho, kamu lagi ngapain, Gin?" tanyaku.
"Rasanya hari ini aku lagi malas kuliah nih, Ren."
"Kenapa?"
"Nggak tahu tuh. Pokoknya lagi malas."
"Tapi kamu nggak usah telanjang bulat kayak begitu dong", kataku sambil menyodorkan kaus singlet kepadanya. Regina bukannya menerima pemberianku, namun ia malah menyeret tanganku sehingga aku jatuh telentang di atas kasur. Tiba-tiba Regina mencium bibirku, sementara tangannya meremas-remas payudaraku yang tidak begitu besar.
"Gin! Aduh, kok kamu begini sih?! Jangan ah!" kataku sambil berusaha melepaskan diri. Akan tetapi Regina lebih kuat. Tubuhnya yang bugil menindih tubuhku. Akhirnya aku pasrah saja. Dengan perlahan-lahan Regina menanggalkan kaus oblong yang kukenakan. Ia menyelipkan tangannya ke balik mangkuk behaku lalu meremas payudaraku. Aku menggerinjal-gerinjal dibuatnya. Kemudian ia melepaskan beha yang kupakai sehingga terbukalah payudaraku yang kencang menantang.
"Ya ampun, Ren. Buah dada kamu bagus amat. Biar nggak besar, tapi kencang dan kenyal lho", kata Regina sambil mempermainkan puting susuku dengan jari-jemarinya yang lentik sehingga membuatku kegelian.

Aku hanya tersenyum saja. Lalu ia meremas-remas payudaraku. Terasa kenyal dan ketat baginya. Aku semakin menggerinjal-gerinjal. Setelah itu mulutnya menghisap, mengulum, dan menyedot payudaraku. Lidahnya pun mempermainkan puting susuku yang mulai menegang. Kemudian ia menghisap-hisapnya laksana seorang bayi yang kehausan air susu ibunya.

Setelah puas merambah payudaraku, Regina membuka celana panjangku. Tangannya meraba pahaku yang mulus. Lalu ia menurunkan celana dalamku, sehingga kami berdua bugil bagai dua orang bayi yang baru saja dilahirkan. Kemudian ia menyuruhku duduk. Ia menyodorkan payudaranya ke mulutku dan aku menerimanya. Aku lumat payudara yang kenyal itu dengan mulutku, sedangkan lidahku yang menyambar-nyambar seperti lidah ular, bergoyang-goyang mempermainkan puting susunya yang tinggi menggiurkan. Aku hisap puting susu itu yang semakin lama semakin menegang saja. Regina semakin memelukku dengan erat.
"Ouuhh.. Irene.. ouuhh!"

Aku dan Regina saling berpelukan. Kedua pasang payudara kami saling bersentuhan. Sejenak ada perasaan aneh yang menjalar ke seluruh tubuhku merasakan payudaranya yang kenyal. Demikian pula Regina yang merasakan payudaraku. Ia menggesek-gesekkan puting susunya ke puting susuku, sehingga kami berdua sama-sama mendesah.
"Ouuhh.. ouuhh.." aku menjerit kecil tatkala lidah Regina mulai menjilati kemaluanku dan kemudian masuk menyusuri liang vaginaku. Ia menjilat-jilat bagian dalam "daerah terlarang"ku yang mulai basah itu. Aku menjerit lagi, ketika ujung lidahnya mempermainkan daging kecil yang menempel pada kewanitaanku itu. Lalu aku berdua berbuat serupa. Akhirnya kami berdua sama-sama kelelahan dan tergolek begitu saja di atas kasur.

Tak lama kemudian, Regina bangkit. Ia mengambil es jeruk yang ada di meja di samping tempat tidurnya. Lalu ia menuangkan es jeruk itu ke kemaluanku. Aku menjerit kecil kedinginan. Sementara ia juga menuangkan es jeruk yang tersisa ke dalam kemaluannya sendiri. Tubuh Regina menindihku. Kepalanya menghadap ke selangkanganku. Demikian pula kepalaku menghadap ke selangkangannya. Lidahnya mulai menjilati kemaluanku. Ia menikmati er jeruk yang sudah mulai masuk ke dalam liang vaginaku. Lidahnya mengikuti aliran air jeruk itu sampai masuk ke dalam "gua keramat"ku itu. Dijilatinya dinding vaginaku, membuatku menggerinjal-gerinjal kegelian.
"Ouuhh.. Gina.. teruskan..!" desisku bernafsu. Regina melanjutkan penjelajahannya. Sementara itu di sisi lainnya, lidahku pun berbuat hal yang sama pada kemaluannya. Kami berdua dengan garang mempermainkan daging kecil yang berada di dalam liang kewanitaan lawan masing-masing. Kami berdua menggerinjal-gerinjal keras, sampai-sampai tubuh kami berdua jatuh ke lantai.

Beberapa detik kemudian, tubuh kami berdua tergeletak di lantai berdampingan dalam keadaan loyo. Lelah memang, namun penuh dengan kenikmatan yang tak terhingga. Regina tersenyum. Tiba-tiba tangannya kembali meraih tubuhku dan mendekapku. Kembali payudara kami bersentuhan, sementara mulut kami saling melumat satu sama lain. Kami berbaring berhadap-hadapan, dengan kedua kakiku dan kakinya saling berselisipan dan kedua selangkangan kami saling menempel. Kemudian Regina menggesekkan kemaluannya pada kemaluanku berulang-ulang hingga kami berdua puas


 
BUGIL 100 PERSEN Copyright © 2010 Prozine Theme is Designed by Lasantha Home | RSS Feed | Comment RSS